KARAWANG — Di sudut lengang Karawang, tersembunyi di balik jejeran lahan pertanian yang menghampar luas.
Berdiri bangunan Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT), bukan fasilitas dengan pamor mewah seperti laboratorium riset internasional.
Tapi pada Kamis siang itu, 15 Mei 2025, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono melangkah masuk dengan semangat seperti hendak menyaksikan pertunjukan teknologi mutakhir.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Arisan Online Tipu Warga Cirebon, Polisi Tetapkan YM Jadi Tersangka
KPK Siap Sita Jet Pribadi dari Kasus Korupsi Papua
Batam Disiapkan Jadi Pusat Ekspor Nasional Lewat Sinergi Empat Provinsi

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ini seperti markas Satria Baja Hitam,” ujarnya, setengah bercanda, setengah meyakinkanm Analogi itu terdengar menggelitik, namun mengandung harapan besar.
BBPOPT diibaratkan sebagai garda depan dalam perang senyap melawan hama pertanian – musuh tak kasat mata yang kerap menggagalkan panen petani dari Sabang sampai Merauke.
Dalam narasi Sudaryono, para Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), pegawai yang bertugas di lapangan adalah pahlawan yang tak dikenal.
“Mereka bekerja dalam diam,” katanya. “Mereka adalah Satria Baja Hitam yang menjaga pangan Indonesia.”
Sudaryono menyebut deteksi dini dan pemetaan pola serangan hama sebagai senjata utama mereka.
Tapi benarkah teknologi ini sudah cukup ampuh?
Media mencatat, selama dua dekade terakhir, gangguan hama masih menjadi penyebab utama kerugian petani di banyak wilayah.
Baca Juga:
CSA Index Juni 2025 Perkuat Narasi Positif Sektor Keuangan dan Pertambangan
Dampak Kasus Korupsi Kredit Sritex di Bank BJB pada Kepercayaan Publik dan Sektor Keuangan
Dalam sejumlah kasus, seperti serangan wereng batang cokelat di Jawa Tengah tahun lalu, respons dinilai lamban dan terlalu reaktif.
Petani sering terpaksa mengandalkan pestisida dalam jumlah besar, dengan konsekuensi biaya tinggi dan kerusakan lingkungan.
Kunjungan Sudaryono ke BBPOPT jelas bukan sekadar agenda simbolik.
Di tengah perdebatan tentang masa depan pertanian Indonesia yang berkelanjutan, kehadirannya menjadi panggung untuk menegaskan pendekatan preventif ketimbang kuratif.
“Kalau hama sudah mewabah, penanganannya butuh biaya besar dan berdampak luas,” ujarnya.
“Padahal pencegahan jauh lebih murah dan aman.”
Kementerian, menurut Sudaryono, akan memperkuat peran BBPOPT, baik dari sisi anggaran, teknologi, maupun sumber daya manusia. Tapi pertanyaannya: apakah ini cukup?
Sebuah laporan dari Badan Pusat Statistik pada awal 2025 menyebut bahwa sebagian besar petugas POPT di daerah masih kekurangan alat identifikasi lapangan.
Internet lambat, aplikasi prediksi belum terintegrasi, dan koordinasi antara pusat dan daerah kerap tersendat.
Dalam kondisi seperti ini, visi Sudaryono yang penuh metafora itu berisiko mandek di tataran retorika.
Sejumlah petani di Karawang yang ditemui mengaku belum merasakan langsung keberadaan BBPOPT di musim tanam terakhir.
“Kalau ada serangan hama, kami masih pakai cara lama. Semprot pestisida, coba-coba sendiri,” kata Darto, petani padi dari Telukjambe. “Kami belum pernah didatangi petugas itu.”
Ironi pun mencuat. Di satu sisi, BBPOPT dipuji sebagai ujung tombak pertahanan pangan nasional.
Di sisi lain, komunikasi dengan akar rumput, tempat pertarungan sesungguhnya berlangsung, masih berlubang.
Maka mungkin terlalu dini menyebut BBPOPT sebagai markas superhero.
Tapi jika keseriusan pemerintah benar adanya – jika janji dukungan bukan sekadar basa-basi kunjungan lapangan – barangkali “Satria Baja Hitam” itu bisa benar-benar muncul.
Tak dengan kostum hitam legam dan sepeda motor futuristik, tapi dengan alat deteksi hama presisi dan respons cepat dari sistem birokrasi yang lebih lincah.
Karawang hari itu cerah. Tapi di balik langit biru, hama-hama tak pernah benar-benar tidur.
Dan pertanyaan lama kembali muncul: siapa yang benar-benar berjaga?***
Untuk publikasi press release serentak di puluhan media lainnya, klik Persrilis.com atau Jasasiaranpers.com di lebih dari 175an media.
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Sapulangit Media Center (SMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 08557777888, 087815557788
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infoemiten.com dan Bisnispost.com
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Topiktop.com dan 23jam.com
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Jakartaoke.com