APAKABARNEWS.COM – Industri pertambangan Australia menghadapi tantangan serius dengan anjloknya harga nikel dan litium.
Asosiasi Pertambangan Australia bahkan menyerukan langkah-langkah kredit pajak produksi baru dalam pertemuan tingkat tinggi dengan para menteri, mencuatkan pertanyaan apakah Indonesia memiliki andil dalam kondisi ini.
Pertemuan para menteri senior menghasilkan seruan kepada para penambang nikel dan litium untuk membatasi proyek dan meninjau tambang baru sebagai respons terhadap kemerosotan harga global.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Bogor Media Circle (BMC) Ajak Kolaborasi Dunia Usaha Bogor Berpromosi Lewat Publikasi Press Release
Polisi Tangkap Perempuan SSS Pengunggah Meme Bergambar Presiden Prabowo Subianto di Media Sosial X
Mentan Amran Sulaiman Targetkan Kalimantan Utara Panen Tiga Kali Setahun, Fokus Benahi Irigasi

SCROLL TO RESUME CONTENT
Perusahaan-perusahaan pertambangan besar, termasuk BHP dan Core Lithium, merespon dengan menghentikan proyek atau mengurangi jumlah pekerja, mencerminkan dampak dari minimnya permintaan dari produsen kendaraan listrik dan meningkatnya pasokan nikel dari Indonesia.
Neil van Drunen, Penjabat (Pj) CEO Asosiasi Perusahaan Pertambangan dan Eksplorasi (AMEC), berpendapat bahwa Australia harus mengenalkan kredit pajak produksi (PTC) sebesar 10% bagi produsen hilir.
Ini diharapkan dapat menyelamatkan lapangan kerja dan mendukung ambisi Australia sebagai pemain kunci dalam komoditas mineral kritis.
Baca Juga:
Ekspektasi Kuat pada IHSG Dorong CSA Index Melonjak, Investor Semakin Pede
Jabar Media Circle Dukung Sikap Tegas Gubernur Jabar yang akan Bubarkan Ormas yang Meresahkan
Van Drunen menyampaikan permintaannya dalam pertemuan meja bundar dengan para penambang lain yang diselenggarakan oleh Menteri Sumber Daya Federal Australia, Madeleine King, dan mitra negara bagian di Australia Barat.

Bakamla RI Tangkap 3 Kapal muatan nikel ilegal di Sulawesi Tenggara. (Dok. Bakamla)
Ia menegaskan bahwa solusi yang tepat memerlukan kombinasi inisiatif dan bahwa PTC dapat diberlakukan pada anggaran federal berikutnya di bulan Mei, memberikan dukungan kuat pada industri, investor, dan pasar global.
Selain PTC, AMEC juga merekomendasikan beberapa langkah lain kepada pemerintah, termasuk penundaan royalti, pendanaan infrastruktur bersama, dan reformasi proses persetujuan lingkungan hidup.
Madeleine King, Menteri Sumber Daya Federal Australia, telah menyatakan dukungan pemerintah terhadap sektor ini, berkomitmen agar penambang Australia dapat bersaing dengan mineral yang lebih murah namun bermutu rendah yang diproduksi dengan cara yang kurang ramah lingkungan di luar negeri.
Baca Juga:
Minta Tinggalkan Mental ”Kumaha Engke’, Ini Alassn Presiden Prabowo Subianto Sampaikan Pesan Itu
Presiden Prabowo Umumkan Pembentukan Dewan Kesejahteraan Buruh dan Satgas PHK, Hadiah Hari Buruh
Harga nikel dunia sendiri turun mendekati posisi terendah dalam tiga tahun terakhir, terutama karena isu berlebihnya pasokan nikel global yang berasal dari Indonesia.
Kondisi ini menjadi salah satu faktor utama dalam pelemahan harga nikel global, yang mencapai titik terendah sejak April 2021 pada Senin, 22 Januari 2024, dengan harga mencapai US$16.036 per ton.
International Nickel Study Group (INSG) memperkirakan bahwa harga nikel akan tetap tertekan dalam jangka pendek akibat meningkatnya surplus di pasar global dan perlambatan ekonomi global.
Harga rata-rata nikel global menurut INSG diperkirakan sebesar US$16.600 per ton pada kuartal pertama, dengan rata-rata naik menjadi US$16.813 per ton pada tahun 2024.